Adalah sebuah tema yang sarat dengan pesan untuk berbenah diri dalam menyehatkan seluruh anak bangsa dan seluruh kandungan yang ada di bumi nusantara ini. Ketika lingkungan sehat, maka sudah barang tentu rakyat pun akan menjadi sehat.
Sebuah renungan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dengan membawa tujuan otentik, yaitu menghamba pada Allah dengan misi otentiknya sebagai kholifah di bumi yang menjaga kemakmuran seluruh alam. Dengan demikian, manusia senantiasa melakukan perubahan, perbaikan dan perluasan demi kemakmuran bumi.
Tetapi seringkali perubahan, perbaikan dan perluasan itu berdampak pada kerusakan lingkungan dimana-mana. Ironisnya hanya sedikit manusia yang peduli dengan lingkungan. Padahal kasus kian bertambah dan bertambah yang pada akhirnya berdampak sangat serius terhadap kesehatan masyarakat. Kasus pencemaran lingkungan sudah meluas yang mengakibatkan kondisi kesehatan menjadi turun. ISPA, mutasi genetic, keracunan, gatal-gatal, diare, dsb. merupakan contoh kecil dari penyakit yang ditimbulkan.
Sementara itu pemerintah berupaya memperbaiki lingkungan dengan berbagai macam program dan peraturannya. Slogan “Pembangunan berwawasan lingkungan” merupakan slogan yang bagus. Tetapi persoalannya adalah pada implementasinya. Apakah pembangunan sudah benar-benar berwawasan lingkungan ? Artinya setiap pembangunan sudah melihat pada aspek dampak lingkungan. Kasus banjir bengawan Solo, rob yang selalu membanjiri Semarang bagian bawah, dan adanya perubahan iklim ataupun cuaca, kemarau di musim hujan ataupun hujan di musim kemarau dan masih banyak lagi contoh yang lain. Ini merupakan daftar lain akibat dampak lingkungan yang tidak sehat secara global. Kondisi yang demikian tersebut diperparah lagi dengan kondisi penyehatan lingkungan yang kurang, seperti penyediaan air bersih yang masih rendah, jumlah penduduk yang memiliki jamban belum 100 %, pengelolaan sampah yang belum baik, cakupan rumah sehat yang rendah. Pada ujungnya adalah masyarakat, penduduk nusantara ini yang semakin sengsara. Untuk itu, kepedulian lingkungan perlu dilakukan oleh semua pihak.
Sesungguhnya persoalan penyehatan lingkungan tidak dapat diselesaikan hanya oleh Dinas Kesehatan saja, atau oleh Bapedal saja, atau oleh Organisasi Lingkungan saja. Tetapi keterpaduan semua pihak, baik eksekutif, legislatif, swasta maupun masyarakat sendiri yang mampu menyelesaikan insya Allah.
1. Semua Penyakit Menular Berbasis Lingkungan
Menurut HL Blum (1974) bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : Lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan. Sedangkan menurut John Gordon, penyakit dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : Host (tuan rumah), Agent, dan Environment (lingkungan).
Memang penyebab utama penyakit adalah bakteri, virus atau makhluk renik yang lain. Tetapi bakteri, virus atau makhluk renik yang lain tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam gambar di atas menunjukkan bahwa lingkungan merupakan pengendali dari host dan agent. Dengan demikian, untuk mencegah munculnya ketidakseimbangan host dan agent, maka lingkungan harus tetap dijaga dengan baik. Ketidak beresan di lingkungan berakibat tidak beresnya agen ataupun host, sehingga penyakit itupun mudah muncul. Penyakit TB Paru, diare, flu burung, flu babi, maupun penyakit menular yang lain adalah akibat berkembang biaknya bakteri maupun virus di tubuh manusia. Sedangkan penularan dan berkembangbiaknya bakteri maupun virus sangat dipengaruhi kondisi lingkungan di sekitar manusia tersebut.
2. Kondisi Penyehatan Lingkungan dan Penyakit di Jawa Tengah
Kondisi penyehatan lingkungan di Jawa Tengah pada dasarnya sudah cukup baik, tetapi masih banyak yang harus diperbaiki. Adapun gambaran kondisi penyehatan lingkungan di Jawa Tengah berdasarkan profil kesehatan Jawa Tengah Tahun 2008 diantaranya adalah sebagai berikut :
§ Akses air bersih sebesar 83,23 % dengan sumur gali yang paling banyak diakses (52,33 %).
§ Cakupan kepemilikan jamban sebesar 65,34 %
§ Cakupan kepemilikan tempat sampah sebesar 62,20 %
§ Cakupan kepemilikan pengelolaan air limbah rumah tangga sebesar 45,06 %
§ Cakupan rumah sehat sebesar 58,83 %
Hal ini diperparah lagi dengan polusi udara yang semakin tinggi. Debu total yang tinggi berakibat tingginya kasus ISPA.
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa upaya penyehatan lingkungan masih harus lebih banyak ditingkatkan. Hal ini karena cakupan kepemilikan sarana air bersih maupun sanitasi dasar masih rendah. Perlu diketahui bahwa lingkungan yang buruk akan berdampak pada pola penyakit yang muncul di masyarakat. Adapun penyakit yang timbul dapat dilihat dari angka kesakitan yang ada, seperti :
§ Angka kesakitan TB Paru sebesar 107/100.000 penduduk
§ Angka kesakitan diare sebesar 1,86 %
§ Angka kesakitan DBD sebesar 5,92/10.000 penduduk
§ Dan masih banyak yang lain.
3. Bagaimana seharusnya ?
Sebuah pertanyaan yang mungkin perlu renungan yang mendalam. Jawaban sementara yang mudah adalah ”adanya keterpaduan semua pihak”. Tetapi muncul pertanyaan berikutnya, ”bagaimana caranya ?”. Jawaban sementara lagi yang mudah adalah ”adanya komitmen semua pihak untuk mengurangi penyakit dengan meningkatkan upaya penyehatan lingkungan secara terpadu.” Hal ini akan menjadi bahan pertanyaan terus selama semua pihak masih mempunyai kaca mata dan persepsi masing-masing yang berbeda. Ada yang menganggap penyehatan lingkungan itu penting, ada pula yang menganggap tidak. Tetapi, apakah kita akan terus mengeluarkan tenaga, biaya yang besar untuk berjuang mengurangi penyakit hanya dilihat dari aspek medis saja ? Sementara sesungguhnya hal itu bisa dicegah dengan menyehatkan lingkungan. Kita hanya menunggu komitmen dari semua pihak. Hanya sekedar mengingatkan ”Lingkungan Sehat insya Allah, Rakyat Sehat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar